Foto : Anisa
Ketua Pimpinan Wilayah Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (PW IPPNU) DKI Jakarta, Nur Afifatur Rahma mengungkapkan tantangan besar yang dialami dalam penguatan kader di wilayah perkotaan seperti Jakarta.
“Banyak pelajar di Jakarta saat ini tidak ingin berorganisasi dan hanya menginginkan kegiatan yang memiliki orientasi pekerjaan yang jelas,” katanya dalam Konferensi Wilayah (Konferwil) XII IPPNU DKI Jakarta yang digelar di Kemenag, Jakarta Selatan, Sabtu (29/11/2025).
Menurutnya tantangan terkait nurunnya minat pelajar untuk berorganisasi merupakan kondisi yang harus diperhatikan dengan lebih serius.
Rekanita Afifah menegaskan kembali bahwa pelajar putri memegang peran penting sebagai garda terdepan Nahdlatul Ulama. Ia menyampaikan bahwa posisi pelajar putri bukan hanya pelengkap, tetapi ujung tombak perjuangan. Ia menyebut IPPNU sebagai “anak bontot” dalam keluarga besar NU, yang justru membuatnya berada di garis paling depan.
“Walaupun kami yang paling muda, justru itu yang menempatkan kami di garda terdepan. Karena itu, kami sangat berharap bimbingan dan ruang belajar dari para senior,” ujarnya.
Menanggapi hal tersebut, Ketua Umum PP IPPNU, Rekanita Whasfi Velasufah, menyampaikan bahwa kekuatan kader berada pada kemampuan memberi manfaat, bukan sekadar menerima.
“Yang harus kita tanamkan bukan apa yang kita dapat, tapi apa kontribusi yang bisa kita berikan. Bertemu dan belajar dari para senior itu bagian dari rezeki yang selalu saya syukuri,” ungkapnya.
Wakil Sekretaris PWNU DKI Jakarta, H. Syaiful Anam, S.Sos.I., juga menegaskan bahwa peluang peran bagi kader akan terbuka luas selama mereka terus menambah kapasitas diri.
“Kalau ilmunya ada, kesempatan itu pasti datang. Tinggal bagaimana kita menyiapkan diri,” katanya.
Konferwil XII ini dihadiri jajaran pengurus dan kader, termasuk senior atau alumni IPPNU DKI Jakarta, di antaranya Rekanita Nur Hikmah, Rekanita Nurlaela, Rekanita Ainatul Mawaddah, Rekanita Azhar Dini Ratna Listanti, Rekanita Ning Sundus, Rekanita Murtia, dan Rekanita Robiatun Adawiyyah.